Selasa, 10 November 2015

Bagian I.3.3

Manusia yang tersesat, yang memunggungi kebenaran (Inverted Men)


Meskipun Ananda dan sekalian yang hadir sudah mendengar kata-kata itu, namun mereka masih tetap terdiam. Karena mereka belum tergugah kesadarannya akan Pengajaran, mereka pun menangkupkan tangan bersama dan menantikan pengajaran Sang Buddha


Pandangan dunia yang terbalik (The worlding's inverted views)


Sang Buddha kemudian mengangkat tangannya dan meluruskan jari-jarinya untuk melanjutkan pengajarannya pada Ananda dan sekalian yang hadir di sana, lalu bertanya : Setelah aku mencapai Pencerahan, aku pergi ke Taman Mrgadava di mana aku memberi tahu Ajnata-kaundiya dan lima orang bhikku yang bersamanya, serta kamu para biarawan, biarawati dan praktisi sekalian, bahwa yang menyebabkan semua makhluk hidup gagal untuk menyadari Pencerahan dan mencapai Arhat, adalah dikarenakan mereka disesatkan oleh debu-debu asing yang menciptakan delusi dan kesusahan.

Apa yang pada waktu itu membuat kamu tersadar, sehingga sekarang ini kamu berhasil memenangkan buah yang kudus itu?


Ajnata-kaundiya kemudian bangkit dari tempatnya berdiri dan menjawab: Sekarang aku menjadi penatua di antara mereka yang hadir di sini saat ini, di mana akulah satu-satunya yang berhasil mendapatkan seni menerjemahkan karena aku sudah tersadarkan dari apa yang dimaksudkan dengan debu-debu asing itu, sehingga akupun berhasil memenangkan buahnya.

Yang mulia, debu-debu asing itu serupa dengan seorang tamu di sebuah penginapan, di mana dia beristirahat menghabiskan malam, bangun pagi untuk sarapan, kemudian berkemas dan melanjutkan kembali perjalanannya, karena tidak mungkin bagi dia untuk terus menerus tinggal di penginapan itu.

Sementara si pemilik penginapan itu sendiri, tidak memiliki tempat lain yang bisa dia tuju (dia selamanya tinggal di penginapan itu). Kesimpulannya adalah yang tidak tinggal diam adalah tamu dan yang tinggal diam (menetap) adalah pemilik.

Sebagai konsekuensi-nya, segala sesuatu adalah asing (bukan aku) jika dia tidak tinggal menetap. Lagi, ketika matahari bersinar cerah dan cahayanya masuk ke dalam rumah, debu-debu pun terlihat terbang ke sana-ke mari di antara cahaya matahari, sementara ruang kosong tinggal tetap. Aku menyimpulkan bahwa yang tetap tinggal, diam/tidak bergerak/kekal, adalah kehampaan/kosong dan yang bergerak adalah debu.

Sebagai konsekuensinya, sesuatu itu adalah "debu" ketika dia didapati bergerak/tidak diam/tidak kekal.

Sang Buddha berkata: Benar.

Pandangan yang salah dari kelompok Hinayana (The Hinayanist’s inverted views).


Sang Buddha kemudian membungkuk, meluruskan dan mengepalkan jari-jarinya. Kemudian bertanya pada Ananda : Apa yang kamu lihat?

Ananda menjawab : Aku melihat Sang Buddha membuka dan menutup kepalan tangannya.

Sang Buddha bertanya: Kamu berkata bahwa kamu melihat aku membuka dan mengepalkan tanganku, yang manakah yang membuka dan menutup? Tanganku atau penglihatanmu yang membuka dan menutup?

Ananda menjawab : Selagi tangan Buddha membuka dan menutup, aku melihat bahwa tangan itu dan bukan penglihatanku yang melakukannya.

Sang Buddha bertanya: Yang manakah yang bergerak dan yang mana yang diam?

Ananda menjawab : Tangan Sang Buddha yang tidak diam, sementara natur dari penglihatanku yang sudah dari sejak sebelumnya melampaui kondisi diam (dan tidak), dia tentunya tidak bergerak.


Sang Buddha berkata : Benar.


Kemudian Sang Buddha memancarkan cahaya dari telapak tangannya ke sebelah kanan Ananda. Para murid pun menengokkan kepala untuk melihat. Kemudian dia memancarkan lagi cahaya lain ke sebelah kiri Ananda, dan kepala semua murid pun bergerak untuk melihatnya.

Sang Buddha bertanya : Mengapa kepalamu bergerak?

Ananda menjawab : Karena aku melihat cahaya yang memancar dari telapak Sang Buddha di kanan dan di kiriku. Aku menengokkan kepalaku untuk melihatnya. Itu sebabnya kepalaku bergerak.

Sang Buddha bertanya lagi: Selagi kau menengok ke kanan dan ke kiri untuk melihat cahaya itu, apakah kepalamu atau penglihatanmu (kesadaran yang mengamati/melihat) yang bergerak.

Ananda menjawab: Yang mulia, adalah kepalaku yang bergerak, sementara penglihatanku yang sudah melampaui (kondisi/state) diam, bagaimana dia bisa bergerak? (*mengada, bukan diam bukan bergerak, bukan ini bukan itu, dst).

Sang Buddha menjawab: Benar.

Kemudian Sang Buddha berkata pada semua yang hadir : Jadi setiap manusia tahu bahwa apa yang tidak bisa diam adalah debu dan dia yang tidak tinggal tetap adalah tamu. Kamu melihat kepala Ananda yang bergerak, sementara (hakekat) penglihatannya sendiri tidak bergerak. Kamu juga melihat tanganku yang membuka dan menutup, sementara (hakekat) penglihatan itu sendiri tidak mengembang atau mengerut.

Jadi mengapa kamu masih menganggap (terpikat oleh) pergerakan dari tubuh dan obyek di luar tubuh, dan karenanya, dari awal hingga akhir, mengijinkan pikiranmu timbul dan tenggelam tanpa jeda, yang mengakibatkan kamu kehilangan arah pandang pada hakekat dirimu yang sesungguhnya dan membiarkan diri tenggelam dalam perbuatan yang membodohkan dirimu sendiri?

Dengan kehilangan pandangan pada yang hakiki dari kesadaran (diri sejati) dan dengan salah mengerti menganggap yang bayang-bayang (dari obyek-obyek) sebagai dirimu (aku/ego), kamu mengijinkan dirimu terperangkap dalam roda samsara, dan dengannya memaksa dirimu sendiri melewati berbagai macam perubahan.





Lanjut ke Bagian I.3.3 (part-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar