Cahaya terang yang menunjukkan Realita Sejati (A bright Light to reveal the One Reality)
Dari diri Tathagata, dari swastika di dadanya, muncul cahaya warna-warni yang menyinari semua daratan Buddha di 10 penjuru, yang jumlahnya tak terhitung banyaknya dan setelah menyinari kepala pada Buddha di segala tempat, kemudian berbelok mengarah pada Ananda dan mereka yang hadir di sana.
Sang Buddha kemudian berkata pada Ananda: Aku menaikkan panji Dharma Yang Besar, agar kamu dan sekalian yang hidup di sepuluh penjuru boleh menyadari Pikiran yang murni dan terang, dari sifat alamimu yang mendalam dan samar, dan dengan demikian boleh memenangkan Mata yang murni dan jernih.
Mengembalikan persepsi kepada Pikiran Sejati (Returning perception to Mind)
Sang Buddha berkata: Ananda beberapa saat yang lalu kau berkata bahwa kau melihat kepalan tanganku yang berkilauan, katakan padaku, bagaimana kilaunya bisa muncul, apa yang menyebabkan dia mengabil bentuk kepalan tangan dan dengan apa kamu melihatnya?
Ananda menjawab : Tubuh Sang Buddha yang bersemu emas seperti bukit yang mahal dan memanifestasikan keadaan yang suci dan bersih, sehingga kepalan tangannya pun berkilauan. Dan sesungguhnya, matakulah yang melihat dia mengepalkan tangannua dan menunjukkannya pada kami semua.
Sang Buddha berkata: Sesungguhnya orang bijak akan disadarkan oleh contoh dan analogi. Ananda, jika aku tidak memiliki tangan, aku tidak akan memiliki kepalan tangan dan jika kamu tidak memiliki mata, maka kamu tidak akan memiliki penglihatan. Adakah hubungan antara organ penglihatanmu dan kepalan tanganku?
Ananda menjawab: Ya, Yang mulia. Jika aku tidak memiliki mata, maka aku tidak akan bisa melihat. Jadi ada analogi antara organ penglihatanku dan kepalan tangan Sang Buddha.
Sang Buddha berkata: Pemikiranmu tidaklah tepat. Sebagai contoh, seseorang yang tidak memiliki tangan sudah pasti tidak akan memiliki kepalan tangan (telapak tangan), tetapi seseorang yang tidak memiliki mata, masih memiliki (faktor) penglihatan. Ketika kamu bertemu seorang buta dan bertanya apakah yang dia lihat, dia akan menjawab bahwa dia tidak melihat apa-apa, hanya ada kegelapan di depannya.
Artinya, meskipun obyek-obyek pemandangan di hadapannya itu tersembunyi darinya, namun proses melihat itu sendiri masih berlangsung.
Ananda menjawab: Jika seorang buta tidak melihat apa-apa, kecuali kegelapan di depannya, masih bisakah hal ini disebut melihat?
Sang Buddha bertanya, adakah perbedaan antara kegelapan yang dilihat oleh orang buta dengan kegelapan yang dilihat oleh seseorang ketika dia berada di dalam ruangan yang gelap?
Ananda menjawab: Tidak ada Yang mulia.
Sang Buddha kembali bertanya: Ananda, ketika seseorang yang buta, yang sebelumnya selalu melihat kegelapan saja, kemudian tiba-tiba mendapatkan kembali penglihatannya dan bisa melihat segala sesuatu dengan jelas, jika kau berkata bahwa matanya itulah penglihatannya. Maka ketika seseorang yang berada di dalam ruangan yang gelap menyalakan lampu dan kemudian bisa melihat dengan jelas isi ruangan itu, bukankah kamu juga seharusnya mengatakan bahwa lampu itulah yang melihat?
Tapi bukankah bukan demikan adanya?
Karena itu seharusnya kamu pun tahu sekarang, bahwa meskipun lampu itu yang membuat bentuk-bentuk jadi bisa dilihat, namun penglihatan datang dari mata dan bukan dari lampunya.
Demikian juga meskipun matamu mengungkapkan bentuk-bentuk untuk kamu lihat, namun sesungguhnya penglihatan itu pada hakekatnya datang dari pikiran, bukan dari mata.
Lanjut Bagian 1.3.3
semua brp bagian?
BalasHapus