Senin, 09 November 2015

Bagian I.1 (part-2)

Ananda menjawab : Yang Mulia, semua makhluk hidup lahir ke dunia lewat 10 jenis kelahiran nerpendapat bahwa akal terdapat di dalam tubuh. Kemudian saat aku melihat mata Buddha, aku melihat bahwa mata Buddha berada di wajahnya.

Jadi menurut pengertianku, mataku terdapat pada wajahku dan akal budiku berada di dalam tubuhku.

Sang Buddha bertanya: Sekarang saat kau duduk di balai ini, di manakah kau melihat Taman Jetavana berada?


Ananda menjawab: Yang Mulia, balai ini terletak di dalam Taman Jetavana, dengan demikian, Taman Jetavana ada di luar Balai ini.


Sang Buddha bertanya kembali: Sekarang dari dalam balai ini, apa yang pertama-tama kamu lihat?

Jawab Ananda : Yang Mulia, dari dalam balai ini, pertama-tama aku melihat Tathagata (Sang Buddha), kemudian mereka sekalian yang berkumpul di sini dan baru kemudian setelah melihat keluar, barulah aku melihat Taman Jetavana.

Sang Buddha bertanya: Ketika kamu melihat Taman Jetavana, apa yang menyebabkan kamu bisa melihat taman itu?

Ananda menjawab: Karena ada pintu dan jendela yang terbuka, sehingga meskipun aku duduk di dalam balai, aku bisa melihat taman yang ada di luar.

Kemudian Buddha mengajukan tangannya dan menyentuh kepala Ananda dan berkata: "Ada satu tehnik samadhi bernama Surangama, satu gerbang lewat mana segenap Buddha dari segala penjuru berhasil sampai pada Jalan yang Mulia."

"Ananda, sekarang dengarkan baik-baik."


Ananda pun berlutut di depan kaki Sang Buddha dan bersiap untuk mendengarkan pengajaran Sang Buddha.

Sang Buddha berkata : Jika kau berkata bahwa, ketika kau duduk di dalam balai ini, kau dapat melihat ke taman yang ada di luar melalui pintu dan jendela yang terbuka. Maka seharusnya adalah mungkin bagi mereka yang ada di dalam balai ini, untuk bisa melihat apa yang di luar balai ini, tanpa melihat Buddha (yang ada di dalam).

Ananda menjawab: Tidak bisa, seseorang (yang ada di dalam) tidak bisa melihat taman di luar tanpa melihat Buddha.

Sang Buddha berkata: Demikian juga denganmu, (jika pikiranmu tidak tertutup), akan menjadi jelas bagimu semuanya ini. Jika akalmu berada di dalam tubuhmu, maka pertama-tama akan menjadi jelas bagimu apa yang ada di dalam tubuhmu, sebelum jelas bagimu apa yang ada di luar tubuhmu.

Jadi jika seperti yang kau katakan, bahwa akal budimu ada di dalam tubuhmu, mengapa kamu bisa melihat apa yang ada di luar tubuhmu, tetapi tidak bisa melihat apa yang ada di dalam tubuhmu? Karena itu tidak tepat perkataanmu, bahwa akal budimu berada di dalam tubuhmu.

Ananda pun menyembah dan menjawab: Setelah mendengar penjelasan Sang Buddha, sekarang aku mengerti bahwa akal budiku itu berada di luar tubuhku. Seperti adanya sebuah lampu yang menerangi satu ruangan di depan beranda lewat pintu yang terbuka.

Jika aku tidak bisa melihat apa yang di dalam tubuhku, namun bisa melihat apa yang di luar tubuhku, itu adalah seperti lampu yang ada di luar ruangan tidak bisa menerangi yang ada di dalam ruangan. Benarkah demikian yang Buddha maksudkan?

Sang Buddha menjawab: Semua Bhikku yang mengikutiku meminta-minta makanan sekarang sudah kembali ke dalam Taman Jetavana. Jika semua sudah selesai makan, tetapi masih ada satu bhikku yang belum selesai makan, bisakah dikatakan, seluruhnya (satu komunitas ini) sudah kenyang?

Ananda menjawab: Tidak, Yang Mulia, sekalipun mereka Arhat, mereka tidak memiliki satu tubuh yang sama ataupun satu kehidupan yang sama. Dengan demikian tidak mungkin yang satu makan dan yang lain menjadi kenyang karenanya.

Sang Buddha berkata: Jika akal budimu berada di luar tubuh dan keduanya adalah dua kesatuan yang berbeda. Maka ketika akal budimu mengetahui sesuatu, tubuhmu tidak merasakannya. Ketika tubuhmu merasakan sesuatu, akal budimu tidak akan menyadarinya. Sekarang ketika aku menunjukkan tanganku, apakah matamu melihat dan akal budimu mengetahuinya?

Ananda menjawab: Ya, Yang Mulia, akal budiku mengetahuinya.


Sang Buddha pun berkata: Jika demikian, bagaimana mungkin akal budimu berada di luar tubuhmu? Dengan demikian pemikiranmu bahwa akal budi berada di luar tubuh tidaklah berdasar.

Ananda menjawab: Yang Mulia, seperti yang kau katakan, jika akal budi berada di dalam tubuh, maka akal budi akan bisa melihat/mengetahui apa yang ada di dalam tubuh. Jika akal budi berada di luar tubuh, maka tidak mungkin akal budi bisa mengetahui apa yang dirasakan oleh tubuh. Sekarang setelah aku pikirkan hal itu, aku tahu di mana akal budiku berada.

Sang Buddha pun bertanya: Di mana dia berada?

Ananda menjawab : Karena akal budi tidak melihat/tahu apa yang ada di dalam, namun bisa melihat/tahu apa yang ada di luar, aku berpendapat bahwa akal budiku itu tersembunyi di dalam panca inderaku. Analoginya seperti jika seseorang menutupi matanya dengan mangkuk dari kristal (tembus pandang), mangkok ini tidak menutupi indera ini yang mampu melihat/mengetahui apa yang bisa dilihat.

Jadi jika akal budi tidak bisa melihat apa yang ada di dalam, adalah karena dia berada di dalam panca indera (sementara panca indera berada di bagian luar tubuh) dan dia bisa melihat/tahu apa yang ada di luar, itu adalah karena dia ada di dalam indera (yang memang bisa tahu/merasakan) apa yang ada di luar.

Sang Buddha bertanya: Jika seperti yang kau katakan, akal budi tersimpan, tersembunyi seperti mata yang ditutupi mangkok kaca, sekarang ketika seseorang melihat sungai dan gunung apakah mereka juga melihat mangkok kaca itu (yang menutupi mata)?

Ananda menjawab: Ya, Yang mulia, orang itu juga akan melihat mangkuk kaca/kristal itu.

Sang Buddha pun berkata: Jika demikian, ketika kamu melihat sungai dan gunung, mengapa kamu tidak melihat matamu? Bukankah seperti mangkuk kristal itu, matamu menutupi akal budimu (akal budimu melihat melewati mata)? Dengan demikian pemikiranmu bahwa akal budi tersimpan/tersembunyi di dalam panca indera tidaklah berdasar.

Ananda bertanya: Yang mulia, sekarang aku berpikir bahwa mangkuk itu tersembunyi di dalam tubuh dan sebagian permukaannya berada di permukaan. Dengan begitu pada saat permukaan itu tertutup dia menjadi gelap dan saat permukaan itu terbuka dia menjadi terang.

Saat ini aku membuka mata dan bisa melihat dengan jelas ini disebut penglihatan keluar, lalu aku menutup mata dan hanya gelap yang terlihat, ini disebut penglihatan ke dalam. Menurut Buddha bagaimana dengan pemikiranku ini?

Sang Buddha menjawab: Ketika kau menutup mata dan melihat kegelapan, apakah kegelapan itu ada di depan matamu atau tidak? Jika dia ada di depan matamu, lalu bagaimana hal ini bisa disebut sebagai penglihatan ke dalam?

Kalaupun dikatakan ada yang namanya penglihatan ke dalam, ketika kau duduk di dalam ruang yang gelap tanpa cahaya matahari, bulan atau lampu, maka kegelapan itu pun harusnya ada di dalam tubuhnya. Jika dia tidak ada di berhadapan denganmu, bagaimana bisa ada melihat?

Sekarang mari kita lupakan apa yang kamu sebut sebagai penglihatan keluar dan kita asumsikan bahwa ada yang namanya penglihatan ke dalam, maka ketika kamu menutup matamu dan hanya bisa melihat kegelapan, yang menurutmu adalah apa yang ada di dalam tubuhmu, mengapa ketika kau membuka matamu dan dapat melihat dengan jelas, kamu tidak melihat wajahmu? Jika tidak bisa, bukankah itu artinya tidak ada itu namanya penglihatan ke dalam.

Sekarang kalau kita asumsikan bahwa kamu bisa melihat wajahmu sendiri, artinya akal budi dan indera penglihatanmu ada di udara (di depan wajah), lalu bagaimana bisa ada penglihatan ke dalam (krn baik akal budi maupun mata ada di luar tubuh)?

Jika mereka ada di luar tubuh, artinya mereka bukan bagian dari tubuhmu dan (jika dikatakan mereka bagian dari tubuh) Buddha yang sekarang melihat tubuhmu pun adalah tubuhmu juga. Lalu jika matamu melihat sesuatu (karena akal & mata di luar tubuh) maka tubuh seharusnya tidak merasakan apa-apa. Jika kamu berkeras bahwa baik tubuh maupun akal memiliki perasaan yang terpisah, maka akan ada dua persepsi (2 entitas yg memiliki persepsi) yang berbeda dan tubuhmu pun, satu hari nanti akan menjadi 2 Buddha, Jadi pemikiranmu bahwa gelap yang kamu lihat saat menutup mata adalah penglihatan ke dalam adalah sesuatu yang tidak berdasar.



Lanjut Bagian I.1 (part-3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar