Selasa, 10 November 2015

Bagian I.2 (part-1)

Menolak akal budi semu untuk meniadakan agregat ketiga dan menunjukkan ketidak realitasan bentuk kesadaran ke-6.


Maka Ananda pun bangkit berdiri dari tempat dia duduk, melepaskan penutup bahu kanannya, berlutut di atas lutut kanannya, dengan hikmat menyatukan kedua tangan dan berkata pada Sang Buddha: "Aku adalah saudara sepupu termuda dari Tathagata (Buddha) dan karena kasihnya padaku, aku diijinkan untuk menjadi muridnya, tetapi aku kurang memahami belas kasihnya."

"Dan karenanya meskipun aku sudah mendengar banyak sekali ajarannya, aku gagal menghindari yang duniawi dan tidak mampu mengatasi godaan yang membuatku mendatangi rumah pelacuran."

"Semua ini terjadi karena aku gagal mencapai (kesadaran/pencerahan akan) Realita. Kiranya Yang Mulia berkenan untuk berbelas kasihan dan mengajarkan pada kami, Jalan Samatha, untuk kepentingan mereka yang lemah imannya dan masih berpegang pada pandangan-pandangan yang sesat."

Setelah mengatakan itu semua, Ananda berlutut menyembah dengan lutut, siku dan kepalanya menyentuh tanah. Kemudian dia pun bangkit berdiri, menanti dengan hikmat. Seluruh mereka yang hadir di sana, dengan penuh perhatian menantikan pengajaran.


 Menunjukkan Samadhi yang Terang (Revealing the Bright SamĂ dhi)


Dengan kekuatan transenden Sang Buddha, sekian banyak lajur sinar berkumpul, seterang ratusan bahkan ribuan matahari, bersinar keluar dari dahinya, menerangi seluruh dataran Buddha yang menggetarkan enam jenis gempa. Hingga sekian banyak dunia, tak terhitung banyaknya, muncul berurutan satu demi satu dan menyatu menjadi satu dunia di mana masing-masing para Boddhisatwa di dunianya masing-masing, menyatukan telapak tangan dan bersama-sama mendengarkan Dharma.



Lanjut ke Bagian I.2 (part-2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar