Selasa, 10 November 2015

Bagian I.3.1

Kesesatan (Pemutar balikan Realita) Aktual (Actual Inversion)

 

Pikiran yang terbalik (The Inverted Mind)

Menyelidiki pikiran yang sesat/salah (terbolak-balik).

Sang Buddha berkata: Ananda, sebelumnya kamu sudah bertanya tentang Gerbang Samatha, jalan untuk melepaskan diri dari siklus lahir dan mati, sekarang aku akan bertanya padamu.

Kemudian Sang Buddha mengangkat tangannya dan membengkokkan jari-jarinya dan bertanya, "Ananda, kamu melihat ini?"

Ananda menjawab : Aku melihat Sang Buddha mengangkat tangannya dan membengkokkan jari-jarinya, menunjukkan kepalan tangan yang kilaunya menyilaukan mata dan akal pikiranku.

Sang Buddha kemudian bertanya: Dengan cara bagaimana kamu melihatnya?

Ananda menjawab: Aku dan semua yang hadir di sini menggunakan mata untuk melihatnya.

Sang Buddha kemudian bertanya: Kamu berkata bahwa aku membengkokkan jari-jariku dan menunjukkan kepalan tangan yang menyilaukan mata dan pikiran. Sekarang katakan padaku, dengan melihat kepalanku ini, apa itu pikiran/akal yang katamu melihat kilau dari kepalan ini?

Ananda menjawab : Karena Tathagata (sebelumnya sudah) bertanya tentang akal/pikiran dan aku sudah berusaha mencari sendiri dengan segenap kemampuanku, aku berkesimpulan bahwa hal itu (pikiran) yang menyelidiki itulah akal/pikiranku.


Berpikir (proses berpikir) adalah sesuatu yang tidak nyata. (Thinking is unreal)

Sang Buddha berkata: Hey! Ananda, hal ini (yang dipandang Ananda sebagai akal/pikiran) bukanlah pikiranmu.

Ananda terdiam dalam kebingungan, menyatukan kedua telapak tangan, bangkit dari duduknya dan bertanya: Jika hal ini bukanlah akal budi/pikiran, lalu apakah ini?’

Sang Buddha menjawab: Ananda, hal itu adalah pikiran/akal semu yang timbul dari obyek-obyek external, yang menipu natur (sifat alami)-mu yang sejati dan menyesatkanmu pada (perbuatan/laku) melakukan kesalahan. Sejak awal sebelum permulaan, dialah pencuri untuk anakmu sendiri, dan dengannya membuatmu kehilangan (penglihatan akan) apa yang pada dasarnya kekal; dan dari situlah munculnya siklus lahir dan mati.


Kesadaran yang ke-enam adalah kosong.  (The sixth consciousness is empty)

Ananda berkata: Aku adalah saudara sepupu termuda dari Sang Buddha, yang pikiranku amat mengaguminya sehingga aku memutuskan untuk meninggalkan rumah untuk melayani dan mengikuti Tathagata (Sang Buddha), sekalian para Buddha dan para guru yang tercerahkan di negeri ini, yang jumlahnya seperti butiran pasir si Sungai Gangga.

Jika aku sampai bertekad untuk menjalani semua bentuk laku Dharma yang sulit, itu adalah karena aku menggunakan akal pikiranku, dan bahkan bila aku sekarang melanggar Dharma, mengakibatkan melemahnya kelebihan-kelebihanku untuk selamanya, hal itu pun diakibatkan oleh akal pikiranku.

Jika ini bukanlah pikiran/akal, maka artinya aku ini tidaklah berakal, tidak ubahnya seperti tanah atau batang kayu, karena tidak ada apa-apa di luar dari apa yang aku rasakan dan aku ketahui. Apakah alasan Sang Buddha sekarang mengatakan bahwa hal itu bukanlah akal/pikiran? Hal ini sungguh membuatku gentar, demikian juga sekalian yang hadir di sini, tidak seorangpun terhindar dari rasa ragu dan curiga tentang hal ini.

Berkenankah Sang Buddha untuk mencerahkan kami?

 Dari singgasananya, Sang Buddha, dalam usahanya untuk mengajar Ananda dan sekalian mereka yang hadir di sana, agar mereka semua dapat mencapai Ketabahan dari Yang tidak tercipta (Patient Endurance of the Uncreate / Anutpattika-dharmakùànti), mengangkat tangannya dan menyentuh kepala Ananda sembari berkata:

"Sang Tathagata sejak awal sudah selalu menyampaikan bahwa semua fenomena adalah manifestasi dari pikiran dan semua sebab dan akibat yang termasuk (semua hal dari) dunia ini sampai pada debu-debunya, mengambil bentuk (semata-mata) disebabkan (timbul dari) pikiran."

Ananda, jika kita mengamati dunia ini dan segala yang ada, termasuk rumput dan dedaunan, dan kemudian menyelidikinya sampai pada akarnya, mereka semua terbentuk dari materi dan memiliki kualitas, dan bahkan kehampaan yang kosong pun memiliki nama dan penampakan. Lalu bagaimana bisa Pikiran Yang Tercerahkan yang murni dan suci dan sungguh-sungguh mendalam, yang merupakan sifat alami (yang mendasari timbulnya) setiap akal/pikiran adalah sesuatu yang tidak memiliki substansi-nya sendiri?




Jika kau berpegang teguh pada pengetahuan yang datang dari membeda-bedakan antara merasakan dan melihat, sebagai pikiranmu yang sejati, maka seharusnya hal itu (pikiran) memiliki sifat alami yang bebas, tidak bergantung pada segala bentuk, bau, rasa dan sentuhan (data-data yang dikumpulkan oleh panca indera). (Padahal) Sekarang pun ketika kau mendengarkan pengajaran ini, kamu berpikir, memilah-milah, itu adalah karena kamu mendengar suaraku.

Kesadaran ke-tujuh adalah tidak nyata (The seventh consciousness is unreal).

Kalaupun kemudian kamu berhasil menghentikan semua proses melihat, mendengar, merasa dan mengetahui, dan dengan demikian menjaga keheningan di dalammu, bayang-bayang dari memahami (pengetahuan, kesadaran), masih belum hilang. Aku tidak ingin kamu kemudian berpikir bahwa ini bukan pikiran, tetapi bahwa kamu harus meyelidikinya dengan hati-hati dan sangat teliti: bahwa apa yang secara terus-menerus, memiliki sifat alami untuk memahami, meskipun pada kondisi di mana panca indera sudah berhenti bekerja, inilah sesungguhnya adalah pikiran sejati-mu.

Sebaliknya, jika yang memiliki natur untuk memahami ini, berhenti mengada seiring dengan berhentinya panca indera bekerja, maka ini tidak lebih adalah bayang-bayang dari pikiran sejati, yang keberadaannya tergantung dari adanya data-data yang disampaikan panca indera. Karena mereka ini tidak kekal dan ketika mereka berhenti mengada, demikian juga (apa yang selama ini kamu sebut/pandang/anggap) sebagai pikiran (sesungguhnya tidak ada, tidak memiliki keberadaan yang nyata), seperti rambut tumbuh di kura-kura atau tanduk seekor kelinci (sesuatu yang khayal/dibuat-buat/tidak nyata).

Karena jika Dharmakaya dengan mudah berhenti mengada, siapa kemudian yang akan menjalani laku dan mencapai pencerahan akan kekekalan dari Yang Tidak Tercipta?

Setelah mendengar ini, Ananda dan semua yang hadir pun terheran-heran.

Meniadakan semua kesesatan atau pemutar balikan (Refuting all inversion).

Sang Buddha berkata: Para praktisi, meskipun setelah mereka mencapai sembilan level dhyana, masih juga belum bisa melangkah keluar dari arus aliran perpindahan (siklus lahir dan mati) dan dengan demikian gagal menjadi Arhat, itu semua terjadi karena mereka masih bergantung/melekat pada kesalahan cara berpikir yang menurut pemahaman mereka adalah Realita. Itu sebabnya, meskipun kamu sudah banyak mendengar (Dharma), kamu masih gagal untuk memenangkan buah yang kudus.




Lanjut Bagian I.3.2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar